Subscribe:

Ads 468x60px

i

Indonesian Blogger

Banner iskaruji dot com

13 Feb 2011

SUPPORTER + TIDAK TERUSUS = ANARKIS

Masalah supporter di Indonesia
Rumus : S+T2 = A

Saya melihat keadaan supporter sepak bola kita yang budiman ini rata-rata belum dibina dan dibimbing oleh para pengurus klub yang terhormat dan belum terformat (Nurdin Khlik) atau yang berwenag, guna mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi pada kubu supporter, buruknya supporter menggambarkan adanya kesalahan atau ketidak efektifannya managemen klub dalam mengurusi supporter, dimana sebagian besar supporter kita yang budiman ini belum memahami aturan-aturan main yang berlaku dalam dunia persepak bolaan Indonesia khususnya klub-klub kecil, kerna mereka berasal dari berbagi macam latar belakang seperti bonek mania, jak mania, dan masih banyak mania-mania yang lain yang tidak sempat saya sebutkan. walaupun tidak semua supporter Indonesia bermasalah tapi sebagian besar masih banyak yang demikian.

Kita lihat saja dilema yang terjadi pada supporter kita yang budiman ini beberapa waktu lalu dimana mereka berjibaku alias berebut tiket untuk nonton final piala AFF 2010 di GBK Jakarta, memang mungkin ini adalah sebuah euforia yang bergelora pada supporter kita yang budiman ini tapi hal ini juga dapat di artikan sangat berlebihan karena telah merusak fasilitas stadion bahkan masuk ke arena pertandingan padahal belum digelar dan sangat di sayngkan smpai ada yang meninggal dunia. dimana mereka sudah rela antri berjam-jam tapi ujung-ujungnya mereka sebagian besar tidak kebagian tiket dan tidak dilayani secara terhormat dikarenakan jumlah tenaga penjualan tiket yang yang tidak seimbang dengan para supporter kita yang budiman ini karna jumlah mereka tentu lebih banyak. Hal yang harus dicatat adalah mengapa pihak PSSI tidak bisa mengurus masalah penjualan tiket ini secara professional,
SEPAK BOLA =JATI DIRI BANGSA

Kita lihat disetiap pertandingan timnas khususnya terjadi berbagai aksi euforia serta partisipasi dan dukungan tidak henti-hentinya dari rakyat Indonesia sangat besar walupun sudah sering dikecewakan oleh tim kesayangannya, bahkan supporter dari berbagai klub sepak bola di negeri ini yang berasal dari berbagai daerah dan bebagai macam warna bendera itu terlihat bersatu mejadi merah puti, hilanglah rasa persaingan di anatara mereka semua bersatu demi timnas Indonesia tercinta. Kami sadar Timnas bisa menjadi media untuk mempersatukan kembali rasa persatuan dan kesatuan bangsa ini untuk menuju prestasi yang membawa nama Indonesia di kanca dunia sepak bola dan bukan membawa nama sekelompok kecil orang atau sekelompok besar orang tapi atas nama rakyat Indonesia. sepakbola tentu harus menjadi persatuan serius oleh pemerintah pusat sampai di pemerintah daerah.

Apakah sepak bola sama dengan harga diri, tentu hal itu berbeda, sepakbola tetap sepak bola dan harga diri tetaplah harga diri, tapi bagaimana kalau sepak bola di sebuah Negara yang penduduknya lebih dari 200 juta jiwa ini tidak bisa menghasilkan prestasi yang membanggakan bagi rakyatnya. Saya yakin apabila sepakbola di Negara ini beprestasi maka rakyat juga ikut sejahtera. Karena timnas ini bermain membawa Negara Indonesia tentu kalau kalah atau menang bukan berarti BP dkk yang kalah atau menang tapi tim sepak bola Indonesia yang kalah, hal ini yang selalu disamakan dengan membawa nama dan harga diri bangsa.

Kalau kita ingin timnas menjelma menjadi tim yang berprestasi maka perlu ada revolusi pada badan PSSI kita mulai dari kepala sampai ekor, kita liahat di Negara-negara maju dengan persepak bolaannya itu setip periode itu kepala smpai ekornya harus diganti baik itu berprestasi maupun tidak berprestasi, tapi aneh bin ajaib pada PSSI khusnya ketuanya,(dalam hati saja namanya disebut) hampir 7 tahun memimpin timnas tapi tiadak ada prestasi sama sekali, sudah begitu tapi dia terus ngotot dan tidak mau mundur, pilihan ada pada anda apakah dia harus tetap kita pertahankan atau diturunkan. Ini yang menjadi masalah sekarang. Baru pernah terjadi didunia yang hanya terjadi di Indonesia sepakbola dikait-kaitkan dengan politik.

Tidak ada komentar: